Revolusi adalah perubahan sosial dan
kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok
kehidupan masyarakat. Didalamnya perubahan yang terjadi dapat atau tanpa
direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa atau dengan kekerasan.
Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya
relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi
industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap ‘cepat’
karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem
kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung
selama ratusan tahun.
Di atas itu tadi, adalah kutipan definisi
revolusi menurut Wikipedia. Sebagai orang awam, saya merasa tidak mampu
menguraikan pengertian revolusi sebagaimana didefinisikan Wikipedia. Tetapi
sebagai individu yang hadir di era informasi digital seperti sekarang ini,
ternyata hati saya terusik oleh peristiwa yang terkemas atau sengaja dikemas
dengan kata “revolusi” agar lebih terasa heboh yang muncul setiap hari.
Misalnya ‘Revolusi PSSI’, yang secara substansi berbeda dengan ‘Revolusi
Tunisia’ (yang telah mewabah menjadi ‘Revolusi Timur Tengah’).
Sebagai orang awam yang muncul di benak kepala
saya dengan kata ‘revolusi’ cuma
‘revolusi 1945’ yaitu ketika bangsa Indonesia dengan berdarah-darah merebut
kemerdekaannya dari tangan penjajahan. Hiruk pikuk peristiwa dunia yang
dimunculkan berbagai media ternyata menjelaskan arti revolusi sebagaimana di
definisikan Wikipedia di atas. Karena saya lahir setelah zaman kemerdekaan,
berita revolusi di Timur Tengah - khususnya di Libya-lah yang memberi saya
gambaran betapa kacaunya situasi yang menimpa rakyat di sana, walaupun jelas
beda dengan ‘Revolusi 1945’. Sedang Revolusi PSSI adalah riak kecil revolusi
yang lain lagi.
Ada sebuah ajaran yang mengatakan ‘manusia
adalah miniatur alam semesta’. Ketika saya bayangkan Timur Tengah dengan
Libya-nya, Indonesia dengan PSSI, dan
lain-lain, adalah bagian dari alam semesta, sedang dilanda revolusi, sedangkan
saya juga adalah bagian dari alam semesta yang lebih kecil lagi, ternyata hati
saya sedang mengalami revolusi juga – terimbas revolusi, kira-kira begitulah.
Revolusi macam apakah yang seharusnya terjadi
pada diri saya? Ternyata revolusi untuk tidak mudah terbawa revolusi. Apalagi
menjadi minyak revolusi yang di sulut orang tak bertanggung jawab. Ini
terhitung revolusi kecil. Secara umum untuk menyikapi kondisi masa kini
diperlukan revolusi besar yakni revolusi visi.
Dari visi yang berorientasi keluar menjadi
visi yang berorientasi ke dalam. Dari visi tirani menjadi visi yang penuh
toleransi. Dari visi menguasai menjadi visi menyayangi. Dari visi ‘aku’ menjadi
visi ‘kita’. Dari visi menang dan benar sendiri menjadi visi mawas diri. Dari
visi materialisme ketamakan menjadi materialisme kepedulian.
Ini semua hanya bisa di lakukan dengan cara
mengultivasi diri. Saya rasa hanya cara ini yang bisa membuat bumi ini damai.
Tapi, bisakah? Yang bisa menjawab hanyalah izin-Nya semata. Dengan bahasa
manusia: waktulah yang akan membuktikannya.
No comments:
Post a Comment