May 13, 2017

REVOLUSI HATI



Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Didalamnya perubahan yang terjadi dapat atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa atau dengan kekerasan.

Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap ‘cepat’ karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama ratusan tahun.

Di atas itu tadi, adalah kutipan definisi revolusi menurut Wikipedia. Sebagai orang awam, saya merasa tidak mampu menguraikan pengertian revolusi sebagaimana didefinisikan Wikipedia. Tetapi sebagai individu yang hadir di era informasi digital seperti sekarang ini, ternyata hati saya terusik oleh peristiwa yang terkemas atau sengaja dikemas dengan kata “revolusi” agar lebih terasa heboh yang muncul setiap hari. Misalnya ‘Revolusi PSSI’, yang secara substansi berbeda dengan ‘Revolusi Tunisia’ (yang telah mewabah menjadi ‘Revolusi Timur Tengah’).

Sebagai orang awam yang muncul di benak kepala saya dengan kata ‘revolusi’  cuma ‘revolusi 1945’ yaitu ketika bangsa Indonesia dengan berdarah-darah merebut kemerdekaannya dari tangan penjajahan. Hiruk pikuk peristiwa dunia yang dimunculkan berbagai media ternyata menjelaskan arti revolusi sebagaimana di definisikan Wikipedia di atas. Karena saya lahir setelah zaman kemerdekaan, berita revolusi di Timur Tengah - khususnya di Libya-lah yang memberi saya gambaran betapa kacaunya situasi yang menimpa rakyat di sana, walaupun jelas beda dengan ‘Revolusi 1945’. Sedang Revolusi PSSI adalah riak kecil revolusi yang lain lagi.

Ada sebuah ajaran yang mengatakan ‘manusia adalah miniatur alam semesta’. Ketika saya bayangkan Timur Tengah dengan Libya-nya, Indonesia dengan PSSI,  dan lain-lain, adalah bagian dari alam semesta, sedang dilanda revolusi, sedangkan saya juga adalah bagian dari alam semesta yang lebih kecil lagi, ternyata hati saya sedang mengalami revolusi juga – terimbas revolusi, kira-kira begitulah.

Revolusi macam apakah yang seharusnya terjadi pada diri saya? Ternyata revolusi untuk tidak mudah terbawa revolusi. Apalagi menjadi minyak revolusi yang di sulut orang tak bertanggung jawab. Ini terhitung revolusi kecil. Secara umum untuk menyikapi kondisi masa kini diperlukan revolusi besar yakni revolusi visi.

Dari visi yang berorientasi keluar menjadi visi yang berorientasi ke dalam. Dari visi tirani menjadi visi yang penuh toleransi. Dari visi menguasai menjadi visi menyayangi. Dari visi ‘aku’ menjadi visi ‘kita’. Dari visi menang dan benar sendiri menjadi visi mawas diri. Dari visi materialisme ketamakan menjadi materialisme kepedulian.

Ini semua hanya bisa di lakukan dengan cara mengultivasi diri. Saya rasa hanya cara ini yang bisa membuat bumi ini damai. Tapi, bisakah? Yang bisa menjawab hanyalah izin-Nya semata. Dengan bahasa manusia: waktulah yang akan membuktikannya.

No comments:

Post a Comment

Bookmark and Share
Custom Search