Suatu saat, ketika ada waktu senggang, saya mengajak
dua orang teman minum teh sambil mengobrol. Teman A, seorang pengusaha kecil,
mengeluhkan: “Zaman sekarang sulit sekali mendapatkan seorang pegawai yang
piawai, orang yang punya sedikit kemampuan bekerja hanya beberapa hari saja
sudah mencari pekerjaan yang lebih baik.”
Mendengarkan perkataan ini, teman saya B menjawab
dengan santai: “Jika mata hanya melihat kesalahan dan kekurangan orang lain,
maka Anda bagaikan sebuah tong sampah. Jika hanya memandang keunggulan dan
kelebihan orang lain, maka Anda akan menjadi kotak pengumpul harta.”
Dari perkataan itu saya berpikir, di dunia fana ini,
siapa yang tidak bersalah? Bagaimana bersikap murah hati dengan orang lain,
terletak pada bagaimana Anda menghadapi kesalahan dan kekurangan orang lain.
Namun ada banyak pimpinan manajemen perusahaan yang tidak jelas akan prinsip
ini.
Teringat dulu ada guru pernah berkata kepada saya:
“Jika Anda seorang bijak, Anda memandang orang lain selalu yang baik, dilihat
dari sisi manapun semuanya nampak indah. Jika Anda seorang pecundang, Anda
selalu memandang hina dan rendah kepada orang lain, dari atas ke bawah tampak
menyebalkan. Orang yang memiliki hati belas kasih, dia melihat pegunungan,
aliran sungai, tumbuhan dan pepohonan serta semua kehidupan akan merasa sangat
menarik.”
Air jernih tidak ada ikan, manusia yang terlalu
menuntut tidak ada teman, pepatah ini terdapat dalam Han Shu
Dong Fangsu Zhuan. Artinya, air jika terlalu jernih, bahkan
planktonpun tidak ada, maka ikan tidak bisa hidup disana, menuntut orang lain
terlalu ketat dan keras, maka tidak ada orang yang bisa menjadi temannya.
Diibaratkan terlalu memperhitungkan kekurangan dan
kesalahan orang lain, tidak bisa bermurah hati, juga tidak bisa menahan orang
berbakat. Manusia tidak mungkin bisa melakukan segalanya dengan sempurna,
Konghucu hingga usia 70 tahun baru bisa “bertindak sesuai hati, tanpa
melangkahi”. Manusia pada umumnya sangat sulit mencapai taraf seperti dia.
Seorang pemimpin jika menuntut bawahannya melakukan
pekerjaan dengan sempurna, maka orang tersebut tidak akan mendapatkan orang
berbakat. Meskipun bisa menemukan orang yang berbakat, tetapi dengan cepat
orang tersebut terinjak-injak. Inilah kesalahan yang mudah sekali dibuat oleh
seorang pimpinan.
Oleh sebab itu, dengan ketat mematut diri dan
memperlakukan orang lain dengan murah hati adalah dua pengertian yang berbeda.
Seseorang boleh semaksimal mungkin dengan ketat menuntut diri sendiri, tetapi
dia tidak bisa menggunakan dirinya sebagai patokan untuk menuntut orang lain,
mengharapkan dan menuntut terlalu tinggi pada orang lain, akan mendapatkan
hasil yang sebaliknya, akhirnya akan kehilangan seluruh rekannya.
Pimpinan yang terlalu cerdik acapkali tidak bisa
menoleransi kesalahan atau perbedaan watak orang lain, dia akan menuntut
perilaku orang lain sesuai dengan patokan dirinya. Namun, manusia selalu
memiliki watak, sikap dan cara bergaulnya yang berbeda, serta memiliki taraf
semangat yang berbeda juga. Karena itu muncul pergesekan dan konflik,
pertentangan itu merupakan hasil yang pasti. Jika seseorang pengurus tidak
memiliki kelapangan dada dan bertoleransi, mempergunakan kekuasaan untuk
menekan orang lain, alhasil hati pasti tidak sesuai, dikhianati dan di tinggal
oleh orang terdekat.
Dalam sejarah Tiongkok banyak sekali kisah tentang
bermurah hati mengampuni kesalahan orang lain, “Raja Zhuang mencopot hiasan
topi” adalah sebuah contoh yang paling bagus. Menurut cerita pada zaman Chun
Qiu, suatu hari Raja Zhuang dari Negara Chu mengadakan pesta mengundang seluruh
pejabat negara, bersenang-senang minum arak dan melihat tarian serta mendengarkan
lagu.
Menjelang malam, Raja Zhuang memerintahkan orang untuk
menyalakan lilin. Saat itu Raja Zhuang juga minta selir kesayangannya Maiji dan
Xuji menyulang arak kepada pejabat-pejabatnya. Mendadak, bertiup seberkas angin
kencang, semua lilin padam. gelap gulita menyelubungi semua orang, Selir cantik
Xuji merasakan ada orang yang meraba dirinya, dengan reaksi yang sangat cepat
dia menarik putus hiasan topi orang tersebut, setelah kembali ke samping Raja
Zhuang, dia memberitahu Raja bahwa seseorang telah merabanya, nanti setelah
semua lilin dinyalakan, lihat hiasan topi siapa yang putus, akan segera tahu
siapa yang tadi meraba dirinya.
Tidak disangka Raja Zhuang berkata kepada semua
hadirin: “Bukankah sangat menyenangkan jika kita minum arak dalam kegelapan?
Untuk sementara jangan menyalakan cahaya!” Terakhir ketika semuanya selesai
minum arak, Raja Zhuang bertanya lagi kepada semua orang: “Sungguh
menyenangkan! Mari kita putuskan hiasan topi kita untuk merayakannya.” Mendengarkan
perkataan Raja Zhuang, semua orang memutuskan hiasan topi masing-masing. Raja
Zhuang beranggapan, mengundang para pejabat untuk berpesta pora adalah demi
kegembiraan bersama, jika orang dalam keadaan mabuk tidak menutup kemungkinan
tanpa sadar berbuat tidak senonoh, jika demi hal tersebut menghukum pejabat
dalam undangan, maka akan kehilangan maksud awal yang baik itu.
Lewat beberapa tahun kemudian, ketika Raja Zhuang
menyerang Negara Zheng, ada seorang jenderal bernama Tang Jiao yang luar biasa
berani, menggempur posisi musuh, membuat kewibawaan Raja Zhuang meningkat,
dialah orang yang hiasan topinya diputuskan Xuji.
Dia dengan gagah berani membunuh musuh, untuk membalas
kelapangan dada dan kemurahan hati Raja Zhuang pada malam itu tidak
mempermalukan dirinya.
Dari contoh ini kita bisa melihat, sebagai seorang
pimpinan ketika menyelesaikan masalah karyawan, haruslah fleksibel tidak
seharusnya mencari-cari kesalahan kecil. Pepatah mengatakan: “Tidak ada emas
yang 100% murni, tidak ada manusia yang sempurna.” Terhadap masalah sepele,
tidak ada salahnya jika dihadapi dengan murah hati.
Laozi pernah mengatakan mengatur seperti
memasak ikan kecil, jangan sering diaduk-aduk. Suatu organisasi jika
peraturannya terlalu ketat dan keras, pengikutnya pasti tidak akan langgeng,
seperti masakan ikan yang diaduk-aduk, hancur berantakan.
No comments:
Post a Comment